wwwnews7up.com – Pesta besar Jerman di Rio sudah kelar. Tugas rebuilding yang diemban Joachim Low pun telah mulai berjalan. Namun, menyusul dua performa buruk dan satu kekalahan telak di kandang sendiri, kemenangan historis 7-1 atas Brasil terasa sudah berlalu sangat lama.
Low menghadapi misi yang nyaris tak terduga pada Juli tatkala kapten Phlipp Lahm mengumumkan keputusan pensiun dari arena internasional. Tetapi satu isu yang dia tahu bakal harus ditanganinya adalah kepergian Miroslav Klose.
Dan kekalahan 4-2 dari Argentina serta kemenangan minimalis 2-1 atas Skotlandia menunjukkan betapa kehadiran bintang veteran Lazio itu akan sangat dirindukan.
Mario Gomez, suksesor langsungnya, tampil sebagai starter dalam laga ulangan final Piala Dunia di Dusseldorf dan gagal bersinar. Lebih banyak melewatkan waktu di ruang perawatan dalam dua tahun terakhir, striker Fiorentina itu tampak kehilangan sentuhan selama berlaga di lapangan, membuang tiga peluang bersih sebelum disambut ejekan publik Esprit Arena ketika ditarik keluar jelang sejam permainan.
Pada Minggu (7/9) kemarin, satu Mario lagi mendapat giliran. Performa Gotze sebagai false 9 untuk klub dan negaranya selama ini terbilang kurang meyakinkan, dan sekali lagi bintang Bayern Munich itu gagal memenuhi ekspektasi ketika ditugaskan memimpin garis depan.
Justru salah satu rekannya di Allianz Arena yang selama ini terlihat menjadi opsi serangan yang paling paten dalam skuat Low. Menjadi topskor untuk negaranya dalam dua edisi Piala Dunia berurutan, Thomas Muller sejauh ini telah mengemas 24 gol internasional, dan tak menunjukkan tanda-tanda bakal mengendur.
Sepanjang 90 menit pertandingan menghadapi Skotlandia besutan Gordon Strachan, pemain 24 tahun itu menjadi ancaman terbesar dari kubu Jerman. Dua kali ia sukses mengungguli pengawalnya di menit-menit awal untuk menyambut sebuah umpan silang, melepas satu tandukan melebar dan gagal mendapatkan timing tepat di kesempatan lain. Tapi dia telah menancapkan tandanya.
Tentu tak butuh waktu lama bagi Muller untuk akhirnya masuk papan skor. Sebastian Rudy mengirim sebuah umpan matang ke dalam kotak, Muller melompat dan menggetarkan jala David Marshall untuk memecahkan kebuntuan.
Pada dasarnya Muller mengawali laga sebagai winger, dengan Gotze di tengah menjadi tumpuan utama serangan, tapi nama terakhir harus bekerja lebih keras bila ingin menjadi opsi realistis menyongsong gelaran Piala Eropa 2016. Terlepas dari sentuhan prima dan pergerakannya yang cekatan, dia lebih cocok untuk memainkan peran lebih ke dalam, merangsek dari belakang untuk menyokong striker yang lebih ortodoks dan mendikte permainan.
Muller mempunyai skill yang berbeda. Bakatnya mungkin tidak seistimewa pemain-pemain seperti Gotze dan Marco Reus, ia juga jarang menunjukkan trik-trik magis, tapi Muller lebih kuat dan superior di udara, lebih bak dalam menahan bola dan tentunya menuntaskan peluang.
Jerman terbilang ceroboh menghadapi Skotlandia, sering terekspos lewat serangan balik dan menciptakan hanya sedikit kans di balik dominasi penguasaan bola mereka. Permainan cepat sang lawan akhirnya berujung kepada gol penyeimbang Ikechi Anya sesudah istirahat.
Namun, sekali lagi, Muller ada di sana untuk jadi penentu. Tak sampai lima menit usai kedudukan imbang 1-1, Jerman mendapat tendangan penjuru dan Muller berada di posisi serta waktu yang tepat untuk mengonversi peluang dan memastikan tim mengklaim tiga angka penuh. Ia seharusnya bisa membungkushat-trick andai tiang gawang tak mementahkan upayanya di detik-detik penghabisan.
Berkat Muller, sebuah potensi krisis pupus dan Low bisa menyebut ia menyelesaikan laga resmi perdana pasca-Brasil 2014 dengan baik, meski dalam cara tak meyakinkan. Pemain depan dengan kualitas, insting, dan kemampuan seperti Klose pastinya akan dirindukan, tapi meskipun Muller pertama kali mencuat sebagai gelandang serang, ia adalah sosok terbaik untuk mengambil alih posisi Klose.
Gomez dan Gotze, juga Kevin Volland, bisa menjadi pelapis mumpuni untuk saat ini, tapi Muller membuktikan dirinyalah yang pantas menjadi tumpuan utama.