oleh

Spanyol Harus Memberantas Ultras

www.news7up.com – Sepakbola Spanyol bermasalah. Episode memuakkan di Madrid terjadi awal bulan ini yang berujung meninggalnya suporter berusia 43 dan sejumlah lainnya cedera saat kelompok ultras terlibat bentrok brutal dekat sungai Manzanares.

Bagi sebagian besar belahan dunia kabar ini sungguh mengejutkan tetapi bagi yang tinggal di Spanyol isu tersebut bukan hal baru.

Sekitar 200 orang yang mengaku suporter Atletico Madrid dan Deportivo La Coruna saling baku pukul dekat Vicente Calderon. Ultras Rayo Vallecano, Alcorcon dan Sporting Gijon ukut ambil bagian dan semua saling menyerang dengan menggunakan senjata seperti besi, pisau bahkan bahan peledak.

Dua orang jadi korban; Francisco Javier Taboada Romero (dipanggil Jimmy oleh teman-temannya) meninggal di rumah sakit setelah dipukuli anggota grup Frente Atletico.

Tidak lama kemudian kedua tim bertemu di Vicente Calderon pada sebuah pertandingan yang seharusnya ditunda dan tuan rumah menang 2-0 pada duel yang akhirnya tidak banyak dihadiri fans.

Seperti di Inggris Raya ketika hooliganisme merupakan masalah besar pada era 1970 dan 1980an, banyak pihak di Spanyol memandang sepakbola sebagai agenda untuk mendorong politik. Frente Atletico yang terlibat dalam duel diketahui memiliki ideologi sayap kanan, sementara rival mereka – Riazor Blues – adalah orginasasi ekstrim sayap kiri.

Seorang anggota Frente Atletico juga pernah bertanggungjawab atas meninggalnya suporter Real Sociedad pada 1998 karena menusuk usai beradu argumentasi di bar dekat Vicente Calderon. Aitor Zabaleta, sosok 28 tahun asal Basque tengah bersantai bersama sang pacar hingga dia dibidik grup radikal fans Atleti.

Pada 2003, Riazor Blues dinyatakan bersalah saat fans Deportivo La Coruna meninggal dunia jelang derby Galacian melawan Compostela. Manuel Rios (31), hanya berusaha mencegah suporter rival diserang dan dia mendapat serangan jantung setelah berulangkali mendapat serangan di luar stadion.

Peristiwa tersebut mebuat Riazor Blues mengeluarkan pernyataan permohonan maaf namun grup tersebut kembali hadir di stadion mendukung Depor saat menang 4-1 melawan AC Milan di Liga Champions 2003/04.

Sejumlah anggota grup (Los Suaves kelompok yang lebih ekstrim) terlihat merangkul mantan presiden Deportivo Cesar Augusto Lendoiro saat pemakaman Jimmy pertengahan pekan lalu dan sosok berusia 69 ini langsung dipecat sebagai duta La Liga oleh presiden Javier Tebas.

“Di sebuah momen di mana semua orang mengutuk kekerasan dan berusaha keras menghapus aksi ini, kami tidak bisa membiarkan perwakilan La Liga terlihat dengan orang-orang seperti itu,” ujar Tebas.

Sementara itu, tribun tempat Riazor Blues menyaksikan laga kandang di Riazor dipastikan ditutup untuk dua pertandingan ke depan sementara Atletico mengumumkan Frente Atletico bukan lagi dikenal sebagai grup ofisial. Di hari sama stasiun televisi La Sexta diberi akses ke gudang milik grup tersebut di Vecente Calderon dan memperlihatkan sejumlah bendera dan spanduk dengan simbol fasis termasuk grafiti pro-Hitller.

Kelompok radikal sejatinya bertebaran di seluruh Spanyol dan setiap tim di La Liga memiliki satu grup seperti ini. Biris, kelompok sayap kiri radikal Sevilla, didirikan pada 1975 merupakan kelompok tertua sementara grup ekstrim sayap kanan Valencia Ultra Yomus, juga dikenal brutal dan diketahui terlibat sejumlah aksi kekerasan dengan grup lainnya dalam beberapa tahun ke belakang.

Barcelona jadi yang terdepan melawan secara nyata aksi-aksi negatif seperti ini. Boixos Nois, grup ultras di Camp Nou dikeluarkan setelah berulangkali terlibat dalam aksi kekerasan dan sejumlah episode kontroversial lainnya. Boixos Nois dimunculkan sejumlah anak muda dengan aliran kiri plus nasionalis Catalan yang kemudian terkena gelombang skinheads pada 1980an hingga menjadi sebuah organisasi fasis yang lebih kental. Grup tersebut dicekal oleh Joan Laporta saat menjadi presiden pada 2003.

Ultras Sur di Real Madrid tidak ada bedanya. Fans Radikal ini pernah dipuji mantan pelatih Jose Mourinho sebagai ‘satu-satunya pihak yang mendukung tim’, tetapi mereka dicekal presiden Florentino Perez awal tahun ini dan tipis kemungkinan bisa memasuki stadion dalam waktu dekat setelah peristiwa yang terjadi pekan lalu.

“Seperti Barcelona sebelumnya, Real Madrid adalah contoh positif dalam menangani ultras,” ujar Carlo Ancelotti.

“Sangat penting mengutuk kekerasan dalam sepakbola. Di Inggris tidak ada kekerasan atau penghinaan,” tambahnya.

Untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan kerja keras dan dedikasi selama beberapa dekade.

“Ketika saya seorang profesional, ibu saya hanya menyaksikan saya bermain sekali,” ujar mantan striker Manchester City dan Liverpool Michael Robinson (sekarang pandit sepakbola Spanyol).

“Di dalam stadion tidak banyak hal terjadi, tetapi ketika pergi menuju lapangan, setelah pertandingan, di stasiun kereta banyak hal mengerikan terlihat. Saya pernah mengalami hal seperti ini sekali dan tidak pernah membayangkan merasakan hal serupa di masyarakat Spanyol.”

Tetapi fakta adalah fakta. Penghinaan dianggap hal biasa seperti yang diungkapkan Ancelotti. Lionel Messi dilempar botol oleh fans di Valencia dan sejumlah suporter mengumpat pada Luis Enrique usai Barcelona mencetak gol kemenangan di Mestalla. Sementara itu chants rasis terus menggema.

“Hal tersebut bukan masalah sepakbola, tetapi masalah sosial,” kata Diego Simeone. Presiden Atleti Enrique Cerezo menambahkan: “Peristiwa ini tidak ada kaitannya dengan sepakbola.”

Sayang, pandangan seperti itu tidak akan menyelesaikan masalah.

“Ada argumen yang mengatakan mereka tidak ada kaitannya dengan sepakbola,” tambah Robinson dalam video blognya.

“Tetapi mereka bernyanyi, mengenakan baju dan syal. Jelas berhubungan dengan sepakbola dan segalanya terkait klub. Kita tidak bisa menutup mata karena aksi seperti ini bisa mewabah. Jika kita bisa memberantasnya sekarang, kita bisa terhindar dari masalah berdekade-dekade lamanya.”

Memang, Spanyol masih jauh dari apa yang terjadi di Inggris di era 1980an atau di Italia atau di Balkan di era modern, tetapi tindakan serius wajib diambil untuk mengakhiri ancaman kekerasan di seluruh stadion di Spanyol.

Untuk mewujudkannya, LFP tengah menyusun rencana memberantas ultras dalam tempo 24 bulan. Otoritas liga sepakbola profesional Spanyol telah meminta kerja sama klub untuk memberikan daftar kelompok-kelompok yang kerap berulah. Mereka juga meminta klub memperketat kebijakan tiket sekaligus meminta kehadiran polisi plus mendesak klub memonitor kebiasaan fans saat menemani tim di laga tandang.

Kerja keras di mulai sekarang.