Morgan Schneiderlin menceritakan kenangan buruknya semasa memperkuat Manchester United. Secara spesifik, Schneiderlin menyalahkan Louis van Gaal atas kegagalannya di United.
Manchester United merekrut Schneiderlin dari Southampton pada musim panas 2015 silam dengan biaya transfer yang ditaksir berkisar di angka 25 juta poundsterling.
Sayang, Schneiderlin gagal bersinar di United dan hanya bertahan selama satu setengah musim sebelum dilepas ke Everton senilai 20 juta poundsterling.
Schneiderlin mengaku sangat senang ketika awal mendapat ketertarikan dari Manchester United. Gelandang asal Prancis itu pun tak berpikir lama untuk menerima pinangan Setan Merah.
“Beberapa tim lain menelepon agen saya, tetapi ketika Manchester United tertarik, tidak ada pilihan lain. Manchester United dan Real Madrid adalah dua klub terbesar di dunia,” ujar Schneiderlin kepada The Athletic.
“Anda tidak bisa menolak Manchester United tetapi jika saya mendengarkan hati saya, saya akan menandatangani kontrak dengan Spurs. Saya mengenak manajernya [Mauricio Pochettino] dan apa yang dia inginkan dari saya, gaya kepelatihannya,” imbuhnya.
“Dia menelepon saya untuk meminta saya pergi ke Spurs. Dia menginginkan saya 100 persen. Dia [Van Gaal] menginginkan saya juga, tetapi lebih jarang berkomunikasi lewat telepon. Jadi saya bergabung lebih karena klubnya, Manchester United, ketimbang karena manajernya,” ungkapnya.
Keputusan Schneiderlin ternyata salah besar. Pemain yang kini memperkuat Nice itu mengaku tertekan selama musim pertamanya di United karena gaya kepelatihan Van Gaal.
“[Dia] memiliki gaya yang terlalu ketat. Kami diberi tahu: ‘Ketika Anda memiliki bola, Anda harus melakukan ini’ daripada bermain dengan naluri saya seperti yang saya lakukan dengan Pochettino dan Koeman,” tutur Schneiderlin.
“Hal terburuk bagi seorang pemain sepak bola adalah ketika Anda terlalu banyak berpikir. Saya mulai berpikir: ‘Ah, manajer ingin saya melakukan ini’. Anda kehilangan naluri, Anda mulai memaksakan sesuatu, Anda melewatkan umpan, Anda melakukan tekel yang terlalu telat. Keyakinan Anda menurun,” lanjutnya.
“Saya bermain sangat bagus dan kemudian sangat buruk. Saya tidak cukup percaya diri. Saya mulai mengeluh kepada istri saya. Itu menyakitkan saya bahkan sekarang karena saya tidak bisa bermain bebas di United,” ceritanya.
Schneiderlin mengakui penyesalan atas kegagalan dirinya bersinar di United. Namun, jal tersebut terjadi karena adanya tekanan dari Van Gaal.
“Tekanan klub tidak menjadi masalah bagi saya. Saya suka tekanan, saya butuh tekanan dan adrenalin. Para penggemar baik pada saya di jalan,” kata Schneiderlin.
“Masalahnya adalah saya karena saya tahu saya memiliki begitu banyak hal untuk diberikan tetapi saya tidak dapat memberikannya karena saya merasa dibatasi. Melihat ke belakang, saya seharusnya tidak begitu kesal, tetapi pada saat itu keadaannya memang seperti itu,” tambahnya.
“Anda harus menunggu sampai manajer memberi tahu Anda bahwa Anda boleh makan. Hal-hal ini berhasil saat pemain berusia 19 dan 20 tahun, tetapi tidak jika Anda memiliki pemain yang lebih tua. Van Gaal telah membuktikan bahwa dia adalah seorang manajer top, tetapi saya rasa kami tidak membutuhkan ide-ide tersebut pada saat itu.”