oleh

Liga Champions: Tim Tertua Dan Termuda Di Liga Champions 2013/14

Ada yang bilang bahwa usia hanyalah angka, namun melihat Ajax dan Anderlecht yang telah menunjukan kualitas mereka di Liga Champions, tahulah bahwa usia lebih dari sekedar angka.

Kedua klub memiliki skuat termuda di kompetisi ini dengan rata-rata usia hanya 23 tahun dan sepertinya ekspektasi dan tekanan yang datang seiring berlaga di kancah Eropa juga turut membebani pundak mereka.

Ajax, sebuah klub yang dikenal karena akademi muda yang gemilang – telah mencetak pemain sekelas Dennis Bergkamp, Patrick Kluivert, Clarence Seedorf, dan baru-baru ini Wesley Sneijder dan Rafael van der Vaart – tidak mengalami sukses seperti yang mereka raih pada era 90an. Di masa itu, mereka mencapai final Liga Champions dua kali berturut-turut, mengalahkan AC Milan pada 1995, sebelum kalah dari Juventus melalui adu penalti setahun kemudian. Kekalahan 2-1 dari Celtic di matchday 3 musim ini membuat pasukan Frank de Boer terdampar di dasar Grup H. Fakta pun mencatat bahwa hanya ada satu pemain di starting XI -Christian Poulsen,33 tahun- yang berada di atas usia 24, dan rata-rata pemain lainnya berusia kurang dari 23 tahun.

TIM LIGA CHAMPIONS TERMUDA
Klub Rata-rata Usia
Anderlecht 22.7
Ajax 23.3
Celtic 24.5
Borussia Dortmund 25.0
Schalke 25.0

Viktor Fischer dan Lucas Andersen, keduanya berusia 19, adalah bintang baru klub Belanda itu namun mereka belum sebanding dengan alumni akademi mereka sebelumnya. Sementara itu, penjualan bintang muda,playmaker yang unggul, Christian Eriksen ke Tottenham dan bek Belgia Toby Alderweireld ke Atletico Madrid, justru mengurangi ancaman yang Ajax tebarkan di Liga Champions.

Anderlecht juga menghadapi situasi yang sama dengan Ajax, banyak pemain muda yang belum berpengalaman dan minimnya pemain top menyusahkan perjalanan mereka. Di kekalahan 3-0 dan 5-0 dari Olympiakos dan Paris Saint-Germain, berurutan, pelatih John van den Brom memainkan tim dengan rata-rata usia hanya 22. Youri Tielemans yang berusia 16 tahun 148 hari jadi pemain termuda ketiga yang bermain di Liga Champions, di belakang Alen Halilovic dan Celestine Babayaro. Dennis Praet, Aleksander Mitrovic, dan Chancel Mbemba -semuanya 19 tahun- masih belum membuktikan mereka pantas berlaga di kancah Eropa. Sebagai hasilnya, klub Belgia ini belum mencetak gol sama sekali dan sudah kebobolan 10 kali, menduduki dasar singgasana Grup C.

Kendati begitu, memiliki skuat yang terbilang tua dan berpengalaman, tetap tak menjamin kesuksesan. Galatasaray, yang memuat pemain dengan rata-rata usia 28 tahun, kalah 6-1 dari Real Madrid di matchday1; Viktorla Plzen yang juga memiliki rata-rata usia 28 tahun pun digilas 5-0 oleh Bayern Munich di matchday 3. Juventus, yang memiliki skuat tertua dengan rata-rata 28,6 pun hanya meraup dua poin di tiga laga mereka kontra Madrid, Galatasaray, dan Copenhagen.

TIM LIGA CHAMPIONS TERTUA
Klub Rata-rata Usia
Juventus 28.6
Zenit 28.5
Chelsea 28.1
Galatasaray 28.1
Manchester City 27.4

Sepertinya porsi penggabungan yang tepat antara pemain muda dan berpengalaman bisa membantu tim untuk meraih kemahsyuran di pagelaran berkelas di Eropa ini, sebagai contoh ialah klub peraih gelar Liga Champions musim lalu.

Juara Eropa musim lalu, Bayern Munich memiliki pemain muda seperti David Alaba, Toni Kroos, dan Xherdan Shaqiri dan didukung oleh bintang tua seperti Franck Ribery dan Arjen Robben yang membuat rata-rata tim jadi 26 tahun.

Borussia Dortmund, yang mereka kalahkan di final, memiliki bintang berbakat seperti Robert Lewandowski [25] dan Marco Reus [24], sementara kiper Roman Weidenfeller [33] mengangkat rata-rata usia menjadi 25.

Real Madrid yang menargetkan gelar kesepuluh alias La Decima, terangkai atas pemain-pemain yang rata-rata berusia 26 tahun, sementara rivalnya Barcelona yang meraih gelar tahun 2009 dan 2011 sedikit lebih tua, yakni 27 tahun.

Hal ini juga berlaku bagi duo klub Manchester, United dan City, keduanya memiliki rata-rata usia pemain 27 tahun. Arsenal sedikit lebih muda, rata-ratanya 25, dan Chelsea ada di angka 28 tahun. Juara Prancis, Paris Saint-Germain memiliki skuat kurang dari 26 tahun.

Usia pemain tidak bisa jadi faktor penentu kesuksesan sebuah klub, sebab kualitas pemain, strategi, pelatih, dan kemampuan untuk bermain sebagai tim juga jadi faktor kunci, namun yang dapat dimengerti, bahwasanya tim yang terlalu mengandalkan pemain muda di level ini [kompetisi kancah Eropa] akan kesulitan menghadapi keinginan dan ekspektasi yang dibebankan di pundak mereka. Ajax dan Anderlecht tentu sangat memahami keadaan ini.