www.news7up.com – Juventus mungkin telah membuka Serie A Italia musim 2015/16 dengan cara yang paling buruk. Menelan kekalahan, gagal mencetak gol, dan itu semua terjadi di stadion kebanggaan mereka, Juventus Stadium. Rekor 47 partai kandang tak terkalahkan di Serie A yang dimulai pada 2013 lalu pun berakhir.
Hasil minor yang didapat dari Udinese tersebut mengulang tragedi lima tahun silam, kali terakhir Juve kalah pada giornata perdana. Lebih buruk, karena dalam 87 tahun terakhir inilah kekalahan pertama La Vecchia Omcidi di kandang sendiri pada gironata perdana!
Kini aura negatif semakin tegas mengitari skuat Juve. Segala kekhawatiran, mulai dari kepergian para bintangnya, mitos buruk musim kedua Massimiliano Allegri, serta hasil pra musim yang tak memuaskan, derita seakan makin lengkap dengan kekalahan di giornata perdana ini.
Juve memang tak bisa disebut bermain buruk, karena menguasai laga hingga persentase 66 persen bahkan sanggup melepaskan 21 tembakan ke arah gawang! Namun masalah terlihat begitu jelas, bagaimana I Bianconeri tidak memiliki pemain yang jadi inspirasi permainan.
Kepergian Tevez, Pirlo, dan Vidal begitu terasa dampaknya
“Kepergian Carlos Tevez, Andrea Pirlo, dan Arturo Vidal adalah kehilangan besar bagi Juventus. Kekuatan yang sudah dibangun nyaris sempurna selama bertahun-tahun harus diatur ulang,” begitu komentar Dino Zoff, menyambut musim 2015/16 bagi mantan klub yang memberinya predikat legenda tersebut.
Tak bisa dibantah, Tevez, Pirlo, dan Vidal, memiliki peran yang terlampau krusial dalam dua hingga empat musim terakhir kejayaan Juve.
Pirlo merupakan sutradara lapangan yang mengintepretasikan instruksi pelatih lewat cara fantastis. Vidal adalah pemain bertenaga kuda yang jadi aktor pertama pemutus serangan lawan sekaligus pembangun serangan timnya. Tevez? Dia adalah penyelesai segalanya dalam bentuk gol bahkan dari situasi sesulit apapun.
Kini Juve tak lagi memiliki pemain dengan peran besar seperti itu. Dalam kasus hadapi Udinese, situasi I Bianconeri bahkan diperparah dengan cederanya Sami Khedira, Claudio Marchisio, hingga Alvaro Morata.
Puing-puing kejayaan memang masih terlihat dalam permainan Paul Pogba cs, namun harus diakui jika mereka sungguh bermain tanpa inspirasi.
Sorotan lainnya adalah taktik Allegri, yang tak memasang komposisi starting XI plan B dengan tepat. Skema 3-5-2 yang sejatinya tidak berjalan baik dalam rengkuhan Piala Super Italia 2015 lalu, kembali jadi andalan. Selain itu komposisi pemain yang diturunkan juga menimbulkan tanda tanya.
Formasi 3-5-2 ala Antonio Conte yang sedikit direvisi oleh Allegri memang menuai kesuksesan musim lalu.Namun titik berat dari taktik tersebut adalah pertahanan, bukan sebaliknya. Sementara skema andalan 4-3-1-2 yang lebih menjanjikan gelontoran gol, justru baru diterapkan pasca Juve kebobolan di menit ke-78. Menghadapi tim yang lebih inferior layaknya Udinese, La Vecchia Signora jelas butuh gol cepat guna mengakhiri pertandingan lebih dini.
Sementara untuk komposisi pemain, keputusan aneh dibuat Allegri dengan menurunkan Kingsley Coman dan Simone Padoin. Coman yang merupakan seorang gelandang serang, sudah membuktikan di pra musim bahwa dirinya tidak cocok berperan sebagai striker kedua pendamping Mario Mandzukic. Sementara Padoin yang memang serba bisa, terlalu medioker untuk mengisi pos krusial peninggalan Pirlo sebagai poros permainan.
Alhasil Juve jadi minim kreasi menghasilkan peluang mencetak gol. Mereka terpaksa memainkan skema monoton dengan umpan lambung dari kedua sisi lapangan, memaksimalkan kelebihan Mandzukic pada bola udara. Cara itu mudah terbaca oleh sang lawan, sehingga tak satu pun gol dihasilkan.
Melihat kondisi tersebut, sekali lagi, Juve jelas butuh sokongan penggawa yang tak hanya ber-skill tinggi, tapi juga genius dalam mengkreasi peluang.
Vazquez, Cuadrado, dan Lemina bakal jadi solusi?
Sembari menanti kembalinya Marchisio, Khedira dan Morata dari meja perawatan, mari kita tilik rencana lanjutan Juve untuk memperkuat skuatnya musim ini. Usaha untuk mendatangkan sosok jenius nan berkualitas memang terkesan berlarut-larut. Namun kini titik terang mulai tampak.
Berdasar skema 4-3-1-2, dari lini belakang, Beppe Marotta cs baru saja meresmikan transfer Alex Sandro sebagai suksesor Patrice Evra yang makin menua. Sementara itu Juve juga tinggal selangkah lagi mendapatkan Juan Cuadrado, untuk mengisi sisi kanan yang sudah dikawal Stephan Lichtsteiner selama empat musim terakhir.
Bek asal Swiss itu makin menua dan melambat, hal itu terlihat jelas saat dirinya jadi biangkerok gol kemenangan Udinese. Kehadiran Cuadrado diprediksi jadi solusi jitu. Meski tipenya lebih ofensif, pemain asal Kolombia ini amat fleksibel dengan tak kaku dalam bertahan sebagai full back maupun sayap kanan.
Maju ke lini tengah, proses transfer jangkar Olympique Marseille, Mario Lemina, berjalan tanpa halangan. Sebagai jangkar, pemain yang baru berusia 21 tahun ini merupakan sosok cerdas dalam bertahan dan membangun serangan. Ia gemar melepaskan umpan-umpan tak terduga layaknya Pirlo. Pemuda keturunan Gabon itu jelas kompetitif melapis jangkar baru Juve, Marchisio, ketimbang kembali memaksakan Padoin.
Pada pos yang paling krusial untuk mengkreasi kans mencetak gol, trequartista, Franco Vazquez kini jadi nama yang paling realistis. Harus diakui jika kualitasnya masih diragukan, namun ia adalah pilihan terbaik di tengah kegagalan La Vecchia Signora mendatangkan Mario Gotze dan Julian Draxler. Setidaknya torehan 10 gol dan 11 assist di Serie A musim lalu jadi gambaran bahwa bintang Palermo ini tak bisa diremehkan.
Kini kita tinggal menanti realisasinya dan bagaimana Allegri menghadirkan solusi, di tengah situasi yang perlahan mulai pelik. Era baru telah dimulai dan Juve butuh sosok serta ide genius untuk mempertahankan kejayaannya.