oleh

Edinson Cavani-Zlatan Ibrahimovic, Duet Maut Atau Blunder Paris Saint-Germain?

Zlatan Ibrahimovic [Paris Saint-Germain] 30 gol, Edinson Cavani [Napoli] 29 gol. Masing-masing merajai daftar pengoyak gawang tersubur di liganya masing-masing musim lalu.

Lantas apa jadinya bila kedua bomber lapar gol ini diduetkan di satu klub? Tak terbayang! Dan Inilah yang akan Anda lihat musim depan di Parc des Princes.

Edinson Cavani resmi menuntaskan transfernya ke PSG, Selasa [18/7] lalu. Perekrutan sang ujung tombak ini sekaligus merusak rekor transfer Radamel Falcao ke AS Monaco. Mantan pemain Atletico Madrid ini tadinya memegang nilai transfer tertinggi di Ligue 1: €60 juta. Namun mahar yang dilayangkan jawara Prancis ini pada Cavani lebih besar €4 juta.

Kedatangan Cavani ke ibu kota Prancis sudah amat dinantikan seluruh loyalis PSG semenjak saga transfer dirinya mulai santer berhembus di berbagai media. Apalagi kalau bukan menunggu terealisasinya duet impian, Ibra-Cavani.

“Jelas, Ibra dan Cavani akan membuat duet hebat,” ujar agen Ibra, Mino Raiola beberapa waktu lalu.

Sekilas, duet ini terlihat mengerikan. Tapi jika dianalisis lebih jauh, potensi masalah justru siap menganga.

EDINSON CAVANI VS ZLATAN IBRAHIMOVIC

34 PENAMPILAN
34
29 GOL 30
4 ASSIST
8
156 TOTAL TEMBAKAN 157
544 UMPAN AKURAT 1036
8 MAN OF THE MATCH
13

Cavani dan Ibra adalah tipe penyerang dengan karakter bermain yang sama. Striker pengacak-acak, gesit, oportunis, tapi juga punya insting mencetak gol yang besar. Melihat kenyataan ini, sepertinya akan tercipta ketidakseimbangan di sektor serang. Tim rasanya akan sulit berkembang memainkan tipikal figur yang sama di salah satu lini.

Keduanya sama-sama nafsu untuk urusan jebol-menjebol gawang, dan apa jadinya bila mereka lantas sama-sama tidak mau mengalah di depan kotak penalti lawan? Bukankah duet maut adalah kombinasi yang saling menyempurnakan satu sama lain? Terlalu dini memang menjustifikasi minor keduanya, tapi tidak pula tertutup kemungkinan cepat atau lambat konflik pribadi antarmereka perlahan mencuat ke permukaan bila merujuk gaya performa yang sedemikian rupa.

Kalau sudah begini, suasana kondusif di ruang ganti boleh jadi sedikit demi sedikit tergerus. Ujung-ujungnya akan membuat salah satu dari pemain ini mau tidak mau dikorbankan jika sang pelatih sudah pusing tujuh keliling.

Sebagian kalangan, yang berpikir sedikit bijak, memprediksikan masuknya Cavani ke tubuh Les Parisienssecara tidak langsung adalah jalan pintu keluar bagi Ibra. Bukan tanpa alasan. Duet ini dianggap bisa menjadi boomerang, bahkan blunder. Situasi ini pun ditangkap dengan baik oleh klub-klub raksasa macam Real Madrid, Manchester City dan Chelsea, yang siap siaga menampung Ibra.

“Ibrahimovic tak akan bermain dengan Cavani. Tapi [jika terwujud] saya tetap mendoakan yang terbaik baginya,” tukas presiden Napoli Aurelio de Laurentiis.

Kini pelatih Laurent Blanc bakal memiliki komposisi yang kaya di lini depan. Bahkan mantan pelatih timnas Prancis itu bisa saja membuat inovasi-inovasi baru dengan tambahan sosok Cavani, tapi sang juru taktik bakal semakin dituntut untuk pintar-pintar meracik strategi bermain timnya. Blanc penyuka sistem 4-3-3 yang bisa berkembang menjadi 4-2-3-1. Memainkan tiga striker menjadi opsi menarik atau lebih jauh lagi Blanc mungkin akan menjajal memainkan skema “false nine” ala Spanyol? Semua semata bertujuan demi melebur kemungkinan bentrok Ibra-Cavani. Atau justru meneruskan pakem dua penyerang yang sempat diterapkan mantan pelatih Carlo Ancelotti dalam skema 4-4-2? Entahlah. Terlalu berisiko? Boleh jadi.

“Cavani dan Ibrahimovic kompatibel. Gaya mereka saling melengkapi satu sama lain,” jelas pelatih Blanc di kesempatan lain.

Tapi yang jelas, duet Ibra-Cavani akan selalu menimbulkan satu tanda tanya besar sebelum musim 2013/14 bergulir: seberapa efektif?

Bagaimana dengan pendapat Anda?