oleh

Bisakah Bayern Munich Akhiri Kutukan Liga Champions?

Bayern Munich membukukan kemenangan penting 2-0 atas Arsenal dinihari tadi. Tak pelak, hasil itu membuka jalan bagi tim Bavaria itu melenggang ke perempat-final Liga Champions.

Pasalnya, hasil di atas diperoleh Bayern di Emirates Stadium. Otomatis, pada leg kedua di Allianz Arena dua pekan mendatang, hasil imbang, atau bahkan kekalahan dengan skor 1-0, tetap meloloskan Bayern ke babak selanjutnya.

Itu berarti terbuka pula kans Bayern untuk mempertahankan gelar juara Liga Champions mereka di musim ini.

Terbukanya peluang mempertahankan gelar sejatinya bukan hal yang baru. Pada 1996, Ajax dan Louis Van Gaal berpeluang sukses, demikian juga Juventus-nya Marcello Lippi setahun kemudian, Vicente Del Vosque bersama Real Madrid di tahun 2003, juga Carlo Ancelotti bersama Milan di 2004 serta Barcelona-nya Pep Guardiola pada 2010, semua tim ini berpeluang meraih gelar juara Liga Champions secara berturut-turut, pun juga Milan-nya Fabio Capello pada 1995 dan Sir Alex Ferguson bersama Manchester United di 2009. Tapi, sejak era Liga Champions dimulai, klub juara sepertinya mendapat kutukan ‘pasti gagal’ mempertahankan gelar di musim berikutnya.

Bahkan bila sedikit menatap jauh ke belakang, skuat Milan besutan Arrigo Sacchi menjadi klub terakhir yang bisa mempertahankan gelar mereka, itu pun masih di era Piala Champions, yaitu pada 1990.

Akankah kutukan itu masih berlaku di musim ini?

Melihat semua faktor dan kondisi yang ada dan bisa dipertimbangkan, bukan tidak mungkin kutukan itu akan dikahiri Bayern.

Mari kita lihat grafik penampilan tim besutan Pep Guardiola itu di sejak awal 2013.

Bayern sudah menjalani 62 laga, di mana 55 partai di antaranya berhasil dimenangi, empat berakhir imbang dan hanya kalah tiga kali, di mana dua di antaranya terjadi di Liga Champions ketika mereka sudah memastikan aman untuk ke tahap berikutnya.

Jumlah gol yang dilesakkan ke gawang lawan mencapai 179 gol. Jumlah clean sheets menyentuh angka 36 laga. Die Roten juga menjalani 13 laga dengan kemenangan beruntun, bahkan tak terkalahkan dalam 16 bulan terakhir di Bundesliga dan telah mendapatkan lima trofi juara dalam setahun.

Luar biasa bukan? Dari fakta itu, bisa disimpulkan, secara individu, kolektif, teknis, taktik, fisik dan mental, Bayern adalah tim yang komplet. Di setiap lini, bercokol pemain dengan kualitas kelas wahid.

Siapa yang tak mengenal Manuel Neuer, andalan utama Jerman. Dinihari tadi, dia juga membuat penyelamatan krusial dengan membendung bola sepakan Mesut Ozil dari titik putih penalti.

Jangan lupakan juga bek berkualitas dalam diri David Alaba dan Dante. Barisan gelandang seperti Bastian Schweinsteiger, Thiago, Franck Ribery, Arjen Robben, dan penyerang seperti Thomas Muller dan Mario Mandzukic menggenapkan status sebagai tim, bukan individu, terbaik di jagat sepakbola dalam dua musim terakhir. Skuat se-luar biasa ini dipimpin oleh pemain dengan jiwa leadership yang luar biasa Philipp Lahm dan diotaki pria kaya konsep, kreativitas dan strategi Pep Guardiola.

“Saya memperkirakan, dan cukup yakin, kami akan menjadi tim pertama dalam sejarah Liga Champions yang bisa mempertahankan gelar juara,” ungkap pencari bakat Bayern Paul Breitner kepada Goal.

Keyakinan itu bisa dikatakan lumrah. Pasalnya kondisi dan situasi juga menguntungkan Bayern. Kekuatan rival bisa dikatakan tidak setangguh musim-musim sebelumnya.

Lihat saja Barcelona. Meski masih masuk kategori berbahaya, tapi kualitas Katalan tak sehebat saat Guardiola masih berkuasa. Dominasi di liga juga sudah tak begitu kentara.

Real Madrid di era Ancelotti mungkin bisa dipertimbangkan secara khusus, pun juga tim kuda hitam seperti Atletico Madrid dan Paris St Germain. Tapi masih harus ditunggu ketika berhadapan mano-o-mano dengan Bayern.

Klub asal Inggris? Inkonsistensi masih jadi perkara utama. Arsenal dan Manchester City sudah menunjukkan kelemahan itu, sementara Manchester United sudah kelimpungan di ajang liga. Chelsea dengan Jose Mourinho-nya juga tak bisa dikatakan menunjukkan performa mengesankan.

Kembali melihat internal Bayern, tim Bundesliga Jerman itu juga memiliki semua persyaratan melanjutkan kesuksesan mereka. Dari kedalaman skuat, Guardiola memiliki komposisi tim yang merata. Hantaman cedera sejumlah pemain pilar juga tak banyak memengaruhi Bayern karena kualitas pemain pelapis juga tak jauh berbeda.

“Kami memiliki skuat terbaik sepanjang masa. Kami punya 25 pemain dan banyak dari mereka yang sudah menjadi bagian dari jagat internasional,” lanjut Breitner.

Dan dengan dominasi mereka di kancah domestik, unggul 16 poin dari tim peringkat kedua Bayer Leverkusen, Guardiola akan bisa dengan mudah melakukan rotasi, menentukan kapan memaksimalkan kekuatan terbaik mereka di laga yang menurutnya krusial. Tak banyak tim yang bisa memiliki keuntungan semacam ini.

Tak hanya itu saja, selain pemain dalam kondisi bugar, punggawa Bayern juga lapar akan gelar. Iming-iming tampil di Piala Dunia 2014 di Brasil pun secara tidak langsung membangkitkan semangat dan motivasi pemain untuk bisa memberikan yang terbaik buat Bayern.

“Dengan Piala Dunia semakin dekat, mereka harus tampil 100 persen di setiap laga. Para pemain dalam kondisi serakah. Mereka ingin meraih sesuatu yang tim lain belum bisa melakukannya. Itulah motivasi mereka,” demikian kata legenda Bayern Stefan Effenberg.

Dan satu kaki mereka ke sejarah yang baru sudah dilangkahkan. Namun jika pada akhirnya gagal, mungkin mereka harus menerima bahwa kutukan Liga Champions memang tak bisa dipatahkan.

Menurut Anda?