Setelah gemerlap Piala Presiden 2017 usai, klub menunggu kepastian berputarnya Liga 1. Kompetisi tersebut memang sudah lama ditunggu oleh klub. Terakhir kali klub bertanding dalam sebuah kompetisi resmi terjadi pada QNB League pada 2015. Namun kompetisi itu akhirnya dihentikan di tengah jalan karena konflik PSSI dan Menpora.
Liga 1 awalnya akan diputar akhir Maret, tak lama setelah Piala Presiden 2017 selesai. Namun PSSI kemudian merevisi jadwal dan merencanakan Liga 1 akan kick off pada 15 April.
PSSI kemudian menggelar pertemuan dengan perwakilan 18 klub di Markas Kostrad, Jakarta, Kamis (1/3/2017), guna membahas segala hal terkait kompetisi seperti hadirnya PT Liga Indonesia Baru yang bertindak sebagai operator kompetisi dan regulasi Liga 1.
Soal regulasi, sejumlah hal baru bakal diterapkan di kompetisi Liga 1. Seperti biasa, jika ada regulasi baru maka suara pro dan kontra akan terdengar.
Perubahan paling mencolok ada pada regulasi soal kewajiban setiap klub mengontrak lima pemain berusia di bawah 23 tahun. Aturan itu masih diikuti dengan kewajiban memainkan tiga orang pemain U-23, minimal selama 45 menit.
Regulasi lainnya adalah pembatasan usia pemain. Buat Liga 1, setiap klub hanya diperbolehkan memiliki dua orang pemain yang berusia di atas 35 tahun. Sementara untuk Liga 2, rencananya klub hanya boleh mengontrak lima pemain yang usianya di atas 25 tahun.
Aturan untuk memainkan pemain U-23 minimal selama 45 menit sudah diterapkan pada turnamen Piala Presiden 2017. Namun tetap saja ada perbedaan karena Piala Presiden 2017 berstatus sebagai turnamen pramusim.
Tidak semua klub tampil dengan kekuatan penuh pada turnamen pramusim. Sejumlah klub sengaja mencoba-coba pemain atau bahkan menyimpan pemain yang diproyeksikan menjadi pemain inti, seperti apa yang dilakukan Pusamania Borneo FC yang akhirnya menjadi runner up.
Namun coba-coba macam apa yang dilakukan klub di turnamen pramusim tentu tak akan lagi terjadi di kompetisi yang sesungguhnya. Setiap tim, termasuk yang punya materi pemain biasa-biasa saja, tentu berusaha meraih kemenangan dan menurunkan pemain andalan.
Kalau dilihat dari regulasi yang berkaitan dengan umur, baik itu di Liga 1 dan Liga 2, PSSI berupaya untuk merangsang munculnya pemain muda. Regulasi tersebut sedikit banyak sudah membantu pelatih Timnas U-22 Luis Milla yang menemukan banyak pemain saat memantau Piala Presiden 2017.
Hanya saja, yang perlu diingat sekali lagi adalah regulasi ini nantinya akan dipakai di Liga 1, yang merupakan kompetisi resmi kasta tertinggi di Indonesia. Suara yang mengomentari kebijakan inipun bermunculan.
“Pemain muda seharusnya layak tampil karena mereka memang punya kualitas bagus, bukan karena regulasi,” ujar gelandang PSM asal Belanda, Willjan Pluim.
“Kalau satu pemain muda masih bisa. Tapi kalau tiga, rasanya cukup berat,” kata Djadjang Nurdjaman, pelatih Persib.
Dua komentar tersebut menggambarkan sebetulnya mereka merasa kurang sreg dengan regulasi tersebut. Djadjang padahal memiliki pemain muda yang cukup oke di tim Persib. Sebut saja Febri Hariyadi dan Gian Zola yang memang penampilannya bisa dibilang sudah setara dengan pemain yang lebih senior.
Upaya untuk mendorong munculnya pemain muda juga terlihat dari digelarnya kompetisi U-19, menggantikan U-21 yang sebelumnya diadakan. Hanya saja, perubahan ini terbilang mendadak karena sejumlah tim sebetulnya sudah menyiapkan tim U-21 untuk tampil dalam kompetisi.
Jika memang tak ada lagi perubahan soal regulasi kompetisi Liga 1 maka bersiaplah untuk melihat aksi para pemain muda yang diberikan panggung lebih luas. Hanya saja kalau boleh memberi saran, ada baiknya jika sosialiasi perlu dilakukan jauh-jauh hari sebelum regulasi baru diterapkan supaya klub tidak tergagap untuk mengikuti kompetisi.