Diego Forlan tercatat sudah dua kali mencicipi panggung Piala Dunia sepanjang karier internasionalnya. Namun ia tetap ingin mewakili Uruguay untuk kali ketiga di turnamen terakbar sepakbola tersebut. Jika hal itu terjadi, maka Forlan adalah pemain kelima Uruguay yang pernah mengecap tiga pagelaran Piala Dunia.
Hingga laga kualifikasi Piala Dunia zona Conmebol tinggal menyisakan empat partai, Uruguay masih terjebak di peringkat kelima klasemen. Posisi itu memaksa mereka untuk tampil di babak play-off demi tiket ke Piala Dunia. Namun mereka tetap berjuang hingga akhir untuk menembus empat besar dan otomatis lolos.
Tim asuhan Oscar Tabarez pada akhirnya harus melewati babak paly-off. Mereka cukup beruntung dengan mengemas keunggulan selisih gol dengan Venezuela, meski jarak empat poin dengan Cili di peringkat keempat tak bisa dipangkas.
Setelah memastikan diri lolos ke Piala Dunia 2014, Forlan mengukapkan kebahagiaannya. Turut serta di Korea-Jepang 2002 dan Afrika Selatan empat tahun lalu, stirker 34 tahun itu lantas bertekad mencapai prestasi besar di Brasil 2014.
“Piala Dunia merupakan sesuatu yang sangat istimewa. Ketika Anda pergi ke sana, atmosfer, orang-orang, dan semua persiapan yang mereka buat sungguh luar biasa,” tuturnya pada Omnisport.
“Tak ada bedanya dengan kami [Uruguay]. Pemusatan latihan dan perjalanan ke Piala Dunia, jadi sesuatu yang selalu Anda impikan. Dan ketika Anda sampai di Piala Dunia, maka Anda mulai merasakan mimpi tersebut.
“Terlebih jika Anda memiliki catatan manis di turnamen itu, seperti yang kami lakukan [pada 2010], momen itu sungguh luar biasa.”
Di Afrika Selatan lalu, Le Celeste patut bersyukur karena memiliki pemain sekelas Edinson Cavani dan Luis Suarez, tentunya dengan dukungan Forlan.
Bersama-sama mereka muncul sebagai tim yang mencatatkan tembakan tepat sasaran tertinggi dalam turnamen. Forlan sendiri jadi salah satu pencetak gol terbanyak lewat torehan lima gol dari tujuh partai. The Sky Blues berhasil mencapai babak semi-final, hingga dikalahkan Belanda.
Berkat hal tersebut, sang striker membuat semua pihak terkesan lewat performanya di PD 2010. Tak pelak, Forlan dianugerahi gelar prestis sebagai pemain terbaik turnamen. Ia sangat bangga karenanya.
“Mendapat Golden Ball di turnamen ini dari penghargaan pemain terbaik dan torehan lima gol, sungguh fantastis!” ujar mantan pemain Manchester united itu bangga.
“Tentu saja saya sangat senang karenanya. Saya memang tak meraih Golden Boot, tapi saya merupakan salah satu top skor di Piala Dunia!
“Rasanya hebat. Di sisi lain saya juga amat kecewa karena tak tahu apakah kami akan sampai di tempat itu lagi [babak semi-final], sangat dekat ke partai final.
“Mungkin Anda akan lolos ke Piala Dunia selanjutnya. Namun kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi di Piala Dunia berikut. Apakah Anda akan melakukan hal yang sama seperti pada 2010? Sungguh sulit.”
Diego Forlan jadi pemain terbaik Piala Dunia 2010
Striker yang juga pernah membela Villarreal, Atletico Madrid, dan FC Internazionale itu sempat merasakan petualangan bersama klub Brasil, Internacional, sebelum hengkang ke Liga Jepang. Menurutnya, atmosfer rakyat Brasil menyambut Piala Dunia di tempat mereka membuat Forlan merinding.
“Saya pikir mereka [Brasil] adalah unggulan utama. Melihat cara mereka bermain dan cara mereka memenangkan sebuah laga,” terangnya.
“Namun ada Spanyol yang jadi sensasi besar. Mereka memainkan sepakbola dengan rasa yang sama seperti Brasil, mereka juga masih dalam performa terbaik.
“Stadion Maracana tengah dibangun kembali, semua berjalan benar. Hotel, jalan raya, rakyat benar-benar antusias untuk melihat kembali Brasil dengan cara sama, seperti yang sudah mereka lakukan untuk waktu yang lama.”
Karier sukses Forlan dalam dunia sepakbola jadi lanjutan dinasti sepakbola keluarganya. Ia mengaku mendapata dukungan penuh dari ayah dan kakeknya yang juga aktor di dunia sepakbola.
Ayahnya, Pablo, adalah punggawa Timnas Uruguay untuk Piala Dunia 1966 dan 1974. Sosoknya berperan penting pada masa-masa awal karier Forlan.
“Ayah selalu memberikan nasihat yang penting. Ini bukan soal satu hal saja,” ungkap The Witch.
“Sekarang dia menonton saya berlaga di lapangan hijau. Sungguh perasaan yang hebat. Namun saya tak tahu apa yang ia rasakan. Semoga saya benar karena pastilah perasaan itu sebuah perasaan yang istimewa.
“Kakek saya adalah pelatih Timnas Uruguay pada 1967 dan ayah saya merengkuh Copa Amerika dengan ia sebagai pelatih. Jadi kami sudah tiga generasi dan sudah memenangkan empat Copa Amerika.
“Jadi itu sungguh sesuatu yang luar biasa. Tak ada satu pun keluarga di dunia ini yang mampu melakukan hal tersebut!” pungkasnya penuh bangga.