oleh

Neymar Adalah Harapan Brasil Di Piala Dunia

Mantan kapten Brasil Cafu sudah mengenyam empat kali Piala Dunia sepanjang karirnya, bahkan memenangkan kompetisi bergengsi ini dua kali, yakni pada 1994 dan 2002.

Di masa kejayaannya, pria 43 tahun ini sempat bermain bersama para legenda Brasil – seperti Romario, Rivaldo, dan Ronaldo – sebagai pemain muda yang mengambil peran skipper.

Seiring Brasil ingin ‘balas dendam’ atas Piala Dunia 1950 – di mana mereka kalah dari Uruguay di final, di tanah air sendiri – Cafu mempertegas betapa pentingnya bermain sebagai perwakilan negara.

“Kita perlu sadar 100% bahwa kita adalah pemain Selecao. Jika pemain berkata, ‘Saya tak ingin bermain bagi tim nasional,’ ini adalah kebohongan karena inilah yang semua orang inginkan,” ujarnya. “Semua orang ingin bermain di Piala Dunia dan memenangkannya adalah satu hal yang tak bisa dijelaskan kata-kata. Saya mencintai tim nasional saya. Saya selalu mewakili negara saya.”

“Ada 23 pemain dalam skuat Piala Dunia yang mewakili 190 juta warga Brasil. Ini jelas menjadi tanggung jawab besar. Bagi saya, ini sangat mengharukan dan saya masih merasakannya.”

Cafu menyandang ban kapten pada masa kejayaan Brasil.

Legenda Brasil ini juga tak lupa melantunkan pendapatnya soal bintang muda Brasil yang sedang bersinar terang, Neymar. Seiring Neymar mulai menyatu dengan alur permainan Barcelona, Cafu yakin pemain 21 tahun ini akan memegang peran penting di skuat Brasil.

Kendati begitu, ia akan berada di bawah tekanan besar karena ia mengincar gelar keenam –di turnamen ini- bagi Brasil. Belum lagi tuntutan para fans disertai dengan tanggung jawab karena tampil di hadapan publik sendiri.

“Jika Neymar main bagus, Selecao juga main bagus,” ujar eks bek Milan dan Roma ini. “Jika Neymar tidak main bagus, kami pun tak bisa bermain maksimal di Piala Dunia.”

Di samping itu, Brasil juga tengah dirundung masalah konstruksi selama proses persiapan kompetisi, dengan dua pekerja meninggal di Arena de Sao Paulo sebelum kematian lebih lanjut di Arena da Amazonia di Manaus. Ada juga protes dilayangkan atas kurangnya investasi dalam infrastruktur untuk rakyat jelata di Brasil, namun Cafu yakin Piala Dunia akan berjalan lancar.

“Kami hanya akan menunjukkan hal-hal hebat tentang Brazil,” tambahnya. “Kami akan menunjukkan apa yang terbaik dari yang kita memiliki -.Pantai, makanan, keramahan dan wanita. Brasil adalah tuan rumah yang baik, infrastruktur kami sudah siap dan stadion kami akan segera siap.”

“Peninggalan ini akan tetap bersama kami dan kami akan menggelar Piala Dunia terdahsyat yang pernah ada!”

Neymar dijagokan menjadi bintang lapangan saat membela Brasil nanti.

Bernostalgia soal dua Piala Dunia yang ia menangkan, Cafu menegaskan, penampilan pertamanya di turnamen itu sebenarnya terjadi karena Jorginho mengalami cedera. Sedangkan Piala Dunia 2002 menjadi spesial karena Brasil tidak jadi unggulan.

“Saya tidak semuda itu [pada 1994]. Brasil memiliki pemain-pemain bagus di posisi yang saya tempati. Jorginho misalnya, adalah pemain yang fantastis jadi saya sadar, saya harus menunggu,” kenang sang eks kapten.

“Lima belas menit jelang bubaran, Carlos Alberto berbicara pada saya, ‘Cafu, lakukan pemanasan karena Jorginho tampak cedera.’ Saya sangat siap saat itu dan akhirnya saya mendapat kesempatan untuk bermain di final yang gemilang melawan Italia.”

“Tak satu orangpun percaya pada kami di 2002. Tak ada yang mendukung tim nasional. Semua orang yang Anda tanya akan menjawab, ‘Brasil adalah tim ketujuh terbaik, atau lima, atau enam, bahkan sembilan,’ tapi kami tahu benar potensi yang kami miliki.”

“Saya memang menyandang ban kapten, tapi semuanya bisa jadi kapten. Kita pnya Roberto Carlos, Ronaldo, Rivaldo, Luisao, Kleberson, Emerson, Marcao, Edmilson, dan Lucio. Jadi semuanya adalah pemenang bagi Selecao dan klub masing-masing. Kami berbagi tanggung jawab dan semuanya terasa mudah saat kami sudah sampai di lapangan hijau.”