oleh

Sejarah Hari Ini (29 Juli): Arema Malang Juara Galatama

Arema Malang dipastikan menjadi juara Galatama edisi 1992/93 berkat keberhasilan Barito Putra mengalahkan Pupuk Kaltim dengan skor 1-0.


GOALOLEH AHSANI TAKWIM   Ikuti di twitter


Hari ini tepat 20 tahun lalu masyarakat Malang bergembira berkat kesuksesan Arema merebut gelar juara Galatama.

Mahkota juara Galatama 1992/93 akan selalu dikenang bagi suporter Arema Malang. Lewat gelar inilah nama Arema melambung di jagat persepakbolaan nusantara, mengalahkan tim raksasa lain yang telah lebih dulu bercokol seperti Arseto Solo, Pelita Jaya, Mitra Surabaya, dan lain sebagainya.

Sejak mengikuti Galatama, prestasi terbaik Arema hanyalah peringkat keempat. Tepatnya terjadi pada Galatama X (1989/90) dan XI (1990/92). Keinginan publik Malang untuk memiliki klub sepakbola yang berprestasi lebih dari itu sangatlah tinggi.

Sebelumnya, selama puluhan tahun Kota Malang dan sekitarnya diwakili Persema. Sejak berdiri di bulan Juni 60 tahun silam, Persema tak pernah sekalipun memberikan gelar juara di tingkat Divisi Utama Perserikatan. Prestasi terbaik yang berhasil dibukukan oleh klub berjuluk Bledeg Biru hanyalah juara Piala Suratin edisi pertama pada 1960-an silam.

Praktis selama puluhan tahun sepakbola Malang nyaris tak terdengar kiprahnya, hingga akhirnya Arema lahir sebagai klub semi-profesional pertama di Malang. Sejak saat itu asa publik membuncah seiring bertambahnya kesempatan klub sepakbola dari Malang unjuk gigi pada kompetisi nasional.

Sejak berdiri pada 11 Agustus 1987, langkah Arema mengikuti Galatama tidaklah berjalan lancar. Berkali-kali kesulitan finansial mendera Arema. Keadaan ini sempat memberikan gejolak internal di tubuh tim. Namun, berbagai aral dan kesulitan tak menyurutkan niat dan semangat Arema untuk mengikuti kompetisi. Cobaan seakan dianggap sebagai ujian yang harus dihadapi oleh barisan penghuni skuat Singo Edan.

Dilihat dari kacamata logika dewasa sekarang ini, siapa yang dapat mengira Arema dapat bersaing dengan klub kaya lain yang dibeking pengusaha sukses. Sebut saja Pelita Jaya dengan Nirwan Bakrie, Asyabaab (ASGS) dengan Salim Group, Arseto Solo dengan Sigit Harjojudanto yang menjadi salah satu pangeran Cendana, Barito Putra dengan Prajogo Pangestu lewat Barito Pacific atau beberapa BUMN yang mendanai Pupuk Kaltim (PKT) Bontang dan Petrokimia Gresik.

Klub-klub tersebut sepanjang tahun dibekali dana berlimpah untuk belanja pemain. Kondisi ini selaras dengan prestasi yang mereka miliki. Selama beberapa tahun Arseto, PKT, dan Pelita Jaya menguasai papan atas Galatama.

Skuat Arema Malang musim 1992/93

Cerita Juara Musim 1992/93

Meski materi pemain tak segemerlap pesaingnya, Arema tetap percaya diri untuk menapak kompetisi. Arema di masa itu hanyalah sebuah klub semenjana, dimiliki oleh Yayasan Arema yang bekerja gotong royong meski tak dibekingi oleh barisan pengusaha sukses layaknya klub-klub Galatama lainnya.

Sumber dana terbesar Arema berasal dari penonton berupa penjualan tiket pertandingan (role yang “dipertahankan” oleh Singo Edan selama bertahun-tahun sesudahnya yang terkenal akan dukungan penonton setianya). Selain dari sektor tiket, Arema mendapat dukungan sponsor dari Toya Menka sebesar Rp 86.000.000,00 dan urunan beberapa pihak

Sejumlah dana tersebut digunakan Arema untuk membiayai beberapa kebutuhannya seperti perekrutan pemain. Jelang Galatama 1992/93 Arema mempertahankan sejumlah pemainnya yang sukses mengantarkan Arema ke posisi empat Galatama 1990/92 dan runner up Piala Liga 1992.

Duet topskor Galatama edisi-edisi sebelumnya Mecky Tata dan Singgih Pitono dipertahankan sebagai ujung tombak di lini depan Arema. Aji Santoso pilar Timnas Indonesia ketika merebut medali emas SEA Games 1991 masih bertahan untuk memperkuat Singo Edan. Ia ditemani sejumlah pilar yang lebih senior seperti Maryanto, Panus Korwa, Dominggus Nowenik, dkk. Sebagai pelatih ditunjuklah M. Basri menggantikan Alm. Andi Teguh yang beberapa tahun menukangi Arema.

Basri memulai pekerjaannya bersama Arema dengan hasil gemilang. Menjelang akhir putaran pertama Arema menapak posisi papan atas. Selama putaran pertama 9 kemenangan di laga kandang berhasil diraih Singgih Pitono, dkk.

Kesembilan partai tersebut adalah melawan Medan Jaya (3-0), Semen Padang (6-1), Aceh Putra (2-1), Petrokimia Putra (1-0), Gelora Dewata (2-1), Warna Agung (1-0), Barito Putra (2-0), Pelita Jaya (2-1), dan Bandung Raya (2-1)

Beberapa kemenangan penting juga diraih Singo Edan pada laga kandangnya di putaran kedua. Arema sukses mengalahkan BPD Jateng dan Putra Samarinda dengan skor 1-0, serta menggasak Mitra Surabaya dengan skor 2-0. Tiga laga lainnya berakhir dengan hasil seri, antara lain ketika melawan Arseto (1-1), ASGS dan PKT dengan skor 0-0.

Total dalam 16 laga kandang Arema berhasil membukukan 13 kali menang dan tiga kali seri. Total 29 poin diraih oleh Singo Edan dari total 45 poin yang berhasil dibukukan Arema pada musim tersebut. Dari 16 laga tandang Arema berhasil mengumpulkan 16 poin hasil dari lima kali menang, enam kali seri serta lima kali kalah.

Sayangnya kebersamaan Basri bersama Arema tidaklah berlangsung lama. Sebelum musim kompetisi berakhir M. Basri minggat untuk bergabung kepada musuh bebuyutan, Mitra Surabaya. M. Basri pindah ketika Arema sedang tune-in di papan atas klasemen. Arema duduk di posisi runner up klasemen pada akhir putaran pertama.

Harapan untuk meraih prestasi setinggi-tingginya telah digantungkan suporter kepada M. Basri. Alasan M. Basri pindah adalah ingin dekat dengan keluarga di Surabaya. Namun, di sisi lain ada tawaran dari Ketua Umum Mitra Surabaya, Dahlan Iskan, kepada M. Basri untuk membantu mengangkat prestasi Mitra Surabaya yang sedang terpuruk kala itu.

Selebrasi pemain muda Arema Joko Susilo (Saat ini Joko Susilo menjadi asisten pelatih Arema)
Selain kepindahan M. Basri, Arema juga ditinggalkan kedua pembesarnya, yaitu Ebes Sugiyono (mantan walikota Malang yang ikut membantu mendirikan dan membesarkan PS Arema) dan Hadi Soeroto (mantan Kepala DPUD Malang yang pindah ke Persema).

Sepeninggal M. Basri, pelatih Arema akhirnya dijabat oleh Gusnul Yakin. Pelatih kelahiran Malang 57 tahun yang lalu tersebut sempat menimba ilmu kepelatihan sepakbola di Belanda. Di Negeri Kincir Angin tersebut ia berguru selama tiga bulan untuk mempelajari beberapa taktik permainan. Prinsip yang ia pakai adalah kejujuran dan kedisiplinan. Dipadu taktik yang ia pelajari sewaktu di Belanda, Singo Edan dibawanya terbang tinggi untuk bersaing dalam perebutan tangga juara.

Debut Gusnul Yakin berakhir indah ketika mendampingi Aji Santoso dkk tandang ke Sumatera. Arema meraup empat poin dari beberapa pertandingan. Selanjutnya ketika tandang ke Bandung dan Jakarta untuk melakoni tiga pertandingan ia sukses mendulang lima poin dari tiga pertandingan. Berkat kerja kerasnya tersebut Arema menyodok posisi teratas klasemen.

Hingga akhirnya tibalah pecinta Arema merasakan denyut juara Galatama untuk pertama kalinya. Hingga pekan ke-24, Arema masih memuncaki pucuk klasemen. Hasrat untuk menggapai mahkota Galatama pertama kali bagi publik Malang terasa tinggal selangkah lagi.

Arema harus memanfaatkan sisa kompetisi yang tinggal delapan pertandingan lagi, yaitu tiga laga kandang dan sisanya tandang. Laga kandang Arema yang dimainkan di Stadion Gajayana Malang akan mempertemukan Singo Edan melawan Mitra Surabaya, Putra Mahakam serta pesaing utamanya PKT Bontang. Sedangkan lawatan Arema akan dijalani Singgih Pitono dkk untuk menantang Barito Putra, Gelora Dewata, Pelita Jaya, Bandung Raya serta Warna Agung.

Arema punya pemain cepat Maryanto. Sosok inilah yang membuat publik Malang membandingkan dia dengan Muhammad Ridhuan
Tiap jengkal pertandingan dilalui skuat Singo Edan dengan semangat tinggi. Maklum, mereka berada diatas angin dalam perebutan gelar juara. Sikap nothing to lose diperagakan para pemainnya. Hingga akhirnya tibalah penghujung Juli 1993 dimana jantung pendukung Arema berdegup semakin kencang. Para pecinta kesebelasan Singo Edan tersebut berharap cemas menanti pertandingan Barito Putra melawan PKT Bontang yang dimainkan di Banjarmasin tepat pada tanggal 29 Juli 1993.

PKT Bontang merupakan pesaing kuat Arema untuk merengkuh mahkota Galatama. Baik Arema dan PKT sama-sama belum sekalipun merasakan juara pada kompetisi ini. Jika PKT Bontang kalah maka Arema dipastikan juara, sebaliknya jika PKT menang melawan Barito Putra maka Arema akan kembali bersusah payah meraih sisa poin pada tiga pertandingan sisa.

Hingga akhirnya kecemasan warga Malang sore itu berubah menjadi sorak sorai kemenangan ketika skor kemenangan 1-0 Barito Putra atas tamunya PKT Bontang berhasil dipertahankan hingga peluit panjang berbunyi. Berkat kemenangan Barito Putra, Arema berhasil merengkuh mahkota juara Galatama untuk pertama kalinya. Sebaliknya bagi PKT Bontang, kekalahan ini ibarat memupus impian Fachry Husaini dkk sebagai yang terbaik di kompetisi Galatama 1992/93.

Berkah dari kekalahan PKT disambut suka cita oleh pendukung Arema di Malang. Beberapa kantor media massa kebanjiran telepon dari masyarakat yang menanyakan hasil dari pertandingan di Banjarmasin. Mereka seakan tak percaya jika Arema memastikan gelar juara di hari itu.

Toh, suka cita tersebut akhirnya berlanjut selama beberapa waktu lamanya. Pertandingan terakhir Arema di kandang melawan Mitra Surabaya 21 Agustus 1993 di Stadion Gajayana disambut antusias oleh pendukungnya. Penonton membludak di hari itu dan Arema meraih poin sempurna dengan menang 1-0 sebagai penutup yang manis bagi suporter yang mencintainya.

Pada pertandingan tersebut dilangsungkan seremoni penyerahan trofi oleh Menpora Hayono Isman beserta Ketua Umum PSSI, Azwar Anas. Piala tersebut ikut dikirab oleh Arema dan ribuan pendukungnya mengelilingi jalan protokol di Malang. 

Klasemen Akhir Galatama 1992/93

Prestasi yang direngkuh Arema seolah memutar balik prediksi berbagai kalangan. Siapa yang bakal menyangka sebuah klub semenjana dari kota kecil mampu mematahkan perjuangan klub-klub kaya dari kota-kota besar. Apalagi Arema meraihnya dengan jalan terjal dan berliku.




Upacara serah terima Piala Presiden di Stadion Gajayana 1993
Sepanjang musim Arema didera berbagai prahara. Mundurnya beberapa komponen klub ditambah masalah finansial sebenarnya dapat menjerumuskan Arema kedalam keterpurukan. Namun berkat kegigihan dan buah kesabaran tim, Arema dapat memetik buah kesuksesannya. Kesolidan yang ditunjukan para pemain ditambah suasana guyub dan rukun yang dibangun pengurus mampu menggelorakan semangat tim di setiap momennya.

Soliditas tim yang dibangun sejak 2-3 tahun sebelumnya juga membantu ambisi Arema untuk tampil sebagai yang terbaik di Indonesia. Dalam dua musim sebelumnya Arema finish di posisi empat besar klasemen. Singo Edan mampu melakukannya dengan dukungan beberapa pilar yang masih bertahan ketika merengkuh mahkota Galatama kali ini.

“Prestasi juara itu ibarat kami telah menanam setahun, maka tinggal waktunya memanen”, timpal Eko Subekti manajer pelaksana Arema dalam sebuah buku karangan Abdul Muntholib.

Kesuksesan Arema untuk meraih Juara Galatama juga diikuti oleh Singgih Pitono. Ujung tombak andalan Singo Edan ini berhasil mencatatkan diri sebagai top skor Galatama dengan 16 gol. Anugerah tersebut merupakan yang kedua kalinya berturut-turut setelah meraihnya pada Galatama edisi sebelumnya.

Konsekuensi sebagai juara menempatkan Arema untuk tampil pada Piala Champions Asia di musim berikutnya (1993/94). Arema menerima mandat sebagai wakil kebangaan Indonesia dan sukses melaju hingga babak 12 besar. (gk-48)


Sepakbola Indonesia - Garuda Di Dadaku >> Halaman Khusus Sepakbola Indonesia
>> Berita Sepakbola Indonesia Lainnya
>> Semua Klub ISL & Panduan 2013
>> Semua Berita Indonesia Super League
>> Klasemen Indonesia Super League
>> Jadwal & Hasil Indonesia Super League
>> Jadwal – Hasil – Klasemen Divisi Utama
>> Semua Berita Indonesian Premier League
>> Jadwal – Hasil – Klasemen Indonesian Premier League
Copyright @ NEWS7UP