oleh

Pemain Bola Muda Indonesia Akan Bangkit Dengan adanya Pengurangan Pemain Asing

Pada musim lalau, kebijakan pemain asing untuk setiap klub yang berlaga di Indonesia Super League (ISL) adalah lima, dan lima pemain tersebut bebas dari benua manapun. Untuk musim depan, sudah dipastikan bahwa jumlah hanya empat pemain asing, dengan hitungan tiga pemain bebas benua manapun plus satu pemain yang berasal dari Asia.

Hal seperti ini tentu sangat positif untuk klub maupun pemain asli Indonesia. Melihat dari beberapa kasus, klub sering kali keteteran dengan masalah gaji pemain terutama pemain asing, akhirnya permintaan gaji yang tinggi dari pemain asing membuat klub malah tak mampu melunasi hak mereka, sering juga klub berkesan memaksakan diri saat mengejar legiun asing dengan iming-iming gaji yang tinggi dan diakhiri dengan kekecewaan pemain yang direkrut akibat haknya tak terpenuhi.

MANDUL | Lini depan Indonesia U-23 dikritik karena mandul. Bisa jadi karena lini depan klub sudah disesaki pemain asing.

Pandangan klub terhadap pemain asing pun sudah pasti merugikan bakat-bakat muda di Indonesia, klub jadi lebih sering memanfaatkan legiun asing daripada pemain muda mereka. Untuk ketergantungan klub pada striker asing contohnya, dampaknya langsung terasa kepada pemain muda di lini depan Indonesia U-23, mereka kurang jam terbang atau lebih sering di plot menjadi sayap atau bahkan sama sekali tak dimainkan.

Kini dapat dilihat lini depan Garuda Muda kering gol, tak ada sosok striker menakutkan, hal tersebut tentu tak lepas dari kurangnya kesempatan yang dimiliki mereka di level klub. Mari kesampingkan Boaz sebagai pencetak gol terbanyak musim lalu, melihat dari klasifika seluruh pencetak gol ISL musim lalu, jelas bahwa dominasi pencetak gol adalah dari legiun asing, terutama striker dari benua Afrika yang memang agennya setia menebarkan mereka kepada klub-klub Indonesia. Klub pun tak ragu merekrut meski pemain kadang meragukan latar belakangnya.

Syakir Sulaiman

PALING BANYAK | Pemain seperti Sulaiman bakal menjadi tulang punggung Indonesia dimasa mendatang mereka tentu ingin kesempatan lebih banyak.

Hanya Syakir Sulaiman yang berposisi sebagai pemain tengah yang mampu menembus angka sembilan dalam torehan gol musim lalu, itu pun mampu diperoleh lantaran Syakir bermain sebanyak 28 kali (termasuk tinggi untuk jam terbang pemain muda ISL musim lalu).

Dengan pengurangan pemain asing untuk musim depan, semoga klub pun mulai sadar akan pentingnya regenerasi pemain asli Indonesia. Beruntung ISL level U-21 sudah mulai dipandang sejak musim lalu, dimana Sriwijaya FC mampu menjadi kampiun, dan akhirnya klub pun bersedia memperpanjang kontrak Alan Martha dkk untuk promosi ke level senior musim depan.

NAIK KELAS | Vava Mario Zagallo, tentu saja ingin kesempatan naik kelas sebagai pemain utama di tim Sriwijaya FC

Mari sama-sama berharap kompetisi level U-21 tetap mendapat perhatian, dan pencarian bakat yang sulit terjamah terus digencarkan seperti apa yang dilakukan pelatih U-19 Indra Sjafri. Sudah saatnya perlahan penggunaan sumber daya asing mengerucut jumlahnya. Indonesia butuh belajar dan meniru metode klub-klub asing, bukan menggunakan pemain asing apalagi mengandalkannya.

Tak perlu belajar sepakbola terlalu jauh bila tak mendapatkan jam terbang, yang dibutuhkan pemain muda hanyalah waktu dan kesempatan.