oleh

Juara Piala AFF 2014 Harga Mati Bagi Alfred Riedl

Waktu luang yang dimiliki Riedl sepanjang tahun depan membuat persiapan timnas senior lebih baik.

PSSI telah menunjuk pelatih asal Austria, Alfred Riedl, untuk menukangi tim nasional Indonesia menggantikan Jacksen F Tiago demi mewujudkan ambisi menjadi kampiun Piala AFF untuk kali pertama.

Ketua umum PSSI Djohar Arifin Husein menyatakan Riedl ditunjuk berdasarkan keputusan rapat komite eksekutif (exco). Sebetulnya ada dua nama pelatih lokal yang disebut akan menangani timnas senior. Hanya saja, Indra Sjafri sedang menangani timnas U-19 menghadapi putaran final Piala Asia 2014 di Myanmar.

Sedangkan satu nama lainnya adalah Nil Maizar. Namun mantan pelatih Semen Padang itu yang kini sedang disibukkan pencalonan dirinya sebagai anggota legislatif tidak mendapatkan izin untuk menukangi timnas senior.

“Saya hitung-hitung kalau pelatih lokal sudah terpakai semua. Ada satu yang terjun ke dunia politik, dia tidak boleh mundur. Kepemimpinan Riedl sudah ditentukan oleh BTN. Riedl sudah tahu atmosfer sepak bola Indonesia. Jadi tidak perlu adaptasi,” tutur Djohar.

Ya, Riedl kembali menangani timnas senior setelah tiga tahun lalu menjalani tugas serupa. Saat itu, Riedl hanya bisa mengantarkan Indonesia menjadi runner-up Piala AFF 2010 usai dikalahkan Malaysia di final. Riedl direncanakan bakal diperkenalkan kepada publik pada awal Desember.

Dengan kondisi persepakbolaan nasional yang sedang karut-marut saat itu, menjadi terbaik kedua di kawasan ASEAN seakan-akan bisa dimaklumi publik sepakbola nasional. Banyak pihak yang menilai apa yang sudah dilakukan Riedl menumbuhkan harapan.

Goal Indonesia pernah menggelar polling terkait keputusan PSSI memecat Riedl ketika terjadi pergantian rezim di induk organisasi sepakbola Indonesia itu pada 2011, dan menggantinya dengan Wilhelmus Rijsbergen, sebelum akhirnya diberikan kepada Nil Maizar. Sebanyak 83.92 persen yang mengikuti polling menyatakan PSSI sudah melakukan blunder, sedangkan sisanya menyatakan sebagai sebuah keputusan tepat.

Dengan kondisi dualisme di tubuh PSSI, tak heran bila memberikan imbas ke timnas senior. Keterbatasan materi pemain membuat pasukan Nil Maizar gagal menembus ke semi-final, karena menempati peringkat ketiga Grup B.

Selepas itu, timnas senior kerap mengalami pergantian pelatih sepanjang 2013. Setelah Nil Maizar dibebaskan dari tugasnya, BTN yang saat itu dipimpin Isran Noor menunjuk Luis Manuel Blanco. Nasib Blanco sangat tragis, karena tidak pernah menangani tim, mengingat PSSI lebih menunjuk duet Jacksen F Tiago dan Rahmad Darmawan. Jacksen kemudian melanjutkan tugasnya di timnas senior, sementara Rahmad dialihkan ke timnas U-23, sebelum akhirnya Riedl kembali dipercaya membesut tim Garuda.

Kini dengan situasi yang sudah mulai kondusif, tentunya target menjadi yang terbaik di kawasan ASEAN sepantasnya bisa terealisasi. Apalagi mengingat waktu persiapan yang dimiliki Riedl sepanjang tahun 2014 jauh lebih banyak. Sebab, kompetisi dipastikan banyak liburnya akibat agenda politik dan Piala Dunia.

Setidaknya, Riedl bisa memiliki waktu sekitar 16 pekan untuk menggelar pelatnas bagi timnas senior, sehingga ketika kompetisi berakhir, timnas sudah menemukan kerangka inti yang siap diterjunkan di Piala AFF 2014. Namun, hitung-hitungan persiapan ini terjadi bila kompetisi Indonesia Super League (ISL) digelar dengan format satu wilayah.

Tentunya Riedl akan memiliki waktu luang lebih banyak bila PSSI memutuskan format kompetisi menjadi dua wilayah, karena jumlah pertandingan yang dilakukan tidak terlalu banyak.

Dengan kemungkinan besar kondisi seperti itu terjadi di tahun depan, sudah sepantasnya meraih gelar juara Piala AFF 2014 menjadi harga mati.