oleh

AS Roma belum terbendung di Serie A Italia

AS Roma mencetak rekor dengan mencatatkan sepuluh kemenangan dalam sepuluh pertandingan perdana Serie A Italia musim ini, memecahkan catatan yang ditulis oleh Juventus pada musim 2005/06, di mana Si Nyonya Tua meraih kemenangan dalam sembilan laga perdana liga.

Kesuksesan tersebut tentu mulai mengundang perhatian banyak pihak, bukan hanya tentang rekor tersebut, tetapi bagaimana I Giallorossi mampu merengkuh catatan gemilang itu.

Skuat Roma dibangun dari lini pertahanan yang tangguh, di mana mereka menjadi yang terbaik di Eropa secara statistik sejauh ini, yang memberikan para pemain lini tengah dan lini depan kesempatan untuk melakukan serangan dengan nyaman ataupun memberi kemenangan hanya dengan keunggulan satu gol.

Sejauh ini, skuat asuhan Rudi Garcia hanya kemasukan satu gol dengan sembilan pertandingan clean sheets. Roma memiliki peluang besar untuk dapat memenangkan Scudetto musim ini. Mereka harus mulai dipandang sebagai pesaing serius di Italia, atau bahkan di Eropa sekalipun.

Roma telah membuktikan kualitas mereka dengan kemenangan yang luar biasa atas rival-rival besar mereka seperti Lazio, Napoli dan juga FC Internazionale. Bahkan, baru-baru ini mereka berhasil menaklukkan Udinese yang tidak pernah kalah di Stadio Friuli selama setahun terakhir.

Sumber kekuatan AS Roma diawali dari sosok pelatih yang berdiri di pinggir lapangan, yaitu Rudi Garcia. Seperti yang diketahui, dia dikenal sebagai salah satu pelatih terbaik yang ada di Eropa, dan juga memiliki pengalaman mengantarkan klub menjuarai liga.

                                                 Rudi Garcia, otak sukses AS Roma

Garcia membawa Lille merengkuh trofi juara Ligue 1 Prancis dan juga Piala Prancis pada tahun 2011, dan dengan pengalaman dan kualitas yang dimilikinya, ia akan mampu mengatasi tekanan yang selalu menyelimuti klub ibukota Italia tersebut.

Karena, meskipun Roma tidak memiliki sejarah sebagai tim yang konsisten meraih gelar juara, tekanan di klub tersebut tidak kalah dengan klub-klub besar langganan juara. Dan itu telah terbukti pada kegagalan pelatih-pelatih muda seperti Luis Garcia, Vincenzo Montella dan Aurelio Andreazzoli.

Penunjukkan Garcia sebagai nahkoda Roma bisa menjadi keputusan yang sangat tepat dan bukan tidak mungkin Serigala Ibukota akan terus berada di puncak dan meraih trofi juara Seria A pertama selama lebih dari satu dekade apabila mereka tetap bermain konsisten hingga musim berakhir.

Para pemain veteran juga banyak membantu kesuksesan Roma sejauh ini, sebut saja kiper Morgan De Sanctis yang direkrut dari Napoli. Pengalamannya bermain di Serie A bisa membuatnya tampil lebih maksimal daripada kiper jangkung asal Belanda, Maarten Stekelenburg.

Di sektor lini belakang, meski mereka kehilangan sosok bek berbakat, Marquinhos di bursa transfer musim panas kemarin, mereka berhasil mendapatkan jasa Mehdi Benatia yang terbukti menjadi salah satu bek terbaik di Serie A.

Dua muka lama Roma, yaitu Leandro Castan dan Federico Balzaretti juga sudah semakin nyaman di Olimpico. Castan sudah mulai menampilkan performa impresif bersama Benatia di jantung pertahanan tim, sementara Balzaretti juga sudah menyumbangkan satu gol di musim ini.

Sumber lain adalah kekuatan lini tengah yang dimiliki Roma. Kini Giallorossi bisa disebut memiliki barisan gelandang terbaik di Serie A Italia, di samping sang juara bertahan, Juventus.

                                                 Lini tengah AS Roma memukau

Kreativitas dan teknik brilian dari Miralem Pjanic menyatu sempurna dengan dua jendral tangguh di lapangan tengah, yaitu Daniele De Rossi dan Kevin Strootman.

Dengan kehadiran tiga pemain itu, Roma seakan tidak akan pernah kehabisan tenaga untuk menunjang serangan di lini depan ataupun bantuan untuk pertahanan.

Dan, tentu saja, Roma tidak akan bisa dipisahkan dengan sosok Francesco Totti, yang dapat disebut sebagai salah satu pemain terbaik dunia dalam dua dekade terakhir.

Pemain berusia 37 tahun itu kini lebih berperan di lini tengah, mengingat kecepatannya yang semakin menurun sehingga ia kurang efektif ketika bermain melebar. Tetapi hal itu tidak membuatnya kehilangan performa, sejauh ini ia mampu mencetak tiga gol dan lima assist.

Di sisi sayap, kedatangan Gervinho dari Arsenal membuat serangan Roma semakin atraktif, belum lagi kehadiran Adem Ljajic yang siap memberikan kontribusi maksimal bila pemain asal Pantai Gading itu buntu. Di sisi sayap lain, sosok Alessandro Florenzi sudah tidak tergantikan dengan permainannya yang selalu ngotot.

Dengan kekuatan yang merata di setiap lini, Roma berpeluang meraih trofi juara pertama kalinya sejak lima tahun terakhir, ataupun minimal bisa mengakhiri dahaga akan kompetisi Eropa yang tidak pernah mereka rasakan dalam tiga tahun terakhir.

Yang pasti, Italia dan juga Eropa harus mulai memandang Roma sebagai salah satu klub besar apabila tidak ingin kena batunya ketika berhadapan dengan mereka, tahun depan.